Perkembangan Kognitif
Seiring dengan meningkatnya
kemampuan anak untuk mengeksplorasi lingkungan, karena bertambah besarnya
koordinasi dan pengendalian motorik yang disertai dengan meningkatnya
kemampuan
untuk bertanya dengan mengggunakan kata-kata yang dapat dimengerti orang lain,
maka dunia kognitif anak berkembang dengan pesat, semakin kreatif, bebas dan
imajinatif.
Perkembangan Kognitif Menurut Piaget
Sesuai dengan teori kognitif Piaget,
maka perkembangan kognitif masa awal anak-anak dinamakan tahap praoperasional (praoperational
stage), yang berlangsung dari usia 2 hingga 7 tahun. Pada tahap ini, konsep
yang stabil dibentuk, penalaran mental muncul, egosentrisme menguat dan
kemudian melemah, serta terbentuknya keyakinan terhadap hal yang magis. Tetapi
sebagai istilah “praoperasional” teori
Piaget difokuskan pada keterbatasan pemikiran anak. Pemikiran praoperasional
tidak lain adalah suatu masa tunggu yang singkat bagi pemikiran operasional,
sekalipun label “praoperasional” menekankan bahwa anak pada tahap ini belum
berfikir secara operasional. Dalam tahap ini pemikiran anak masih kacau dan
belum terorganisir dengan baik. Pemikiran operasional adalah awal dari
kemampuan untuk merekonstruksi pada level pemikiran apa yang telah ditetapkan
pada tingkah laku.
1.
Subtahap Prakonseptual (2-4
tahun)
Disebut juga pemikiran simbolik (symbolic thought), karena karakteristik utama subtahap ini
ditandai dengan munculnya sistem lambang
atau simbol, seperti bahasa. Pada subtahap ini anak menggambarkan atau
membayangkan secara mental suatu objek yang tidak ada (tidak terlihat) dengan
sesuatu yang lain.
2.
Subtahap Intuitif (4-7 tahun)
Dalam tahap ini meskipun aktivitas mental
tertentu (seperti cara mengelompokkan, mengukur atau menghubungkan objek)
terjadi, namun anak belum begitu sadar mengenai prinsip-prinsip yang melandasi
terbentuknya aktivitas tersebut.
Kemajuan
pemikiran Praoperasional menurut piaget :
1) Fungsi simbolis (Symbolic function):
kemampuan anak menggunakan representasi mental (kata-kata, angka, atau
gambar).
- Pemanahaman identitas : kemampuan anak menyadari bahwa perubahan artifisial tidak akan mengubah sifat suatu hal
- Pemahaman sebab-akibat (transduction) : kemampuan anak secara mental untuk mengkaitkan fenomena partikular, terlepas dari atau ada atau tidaknya sebab-akibat yang logis.
- Pemahaman terhadap angka : Kemampuan anak untuk dapat menghitung dan menangani kuantitas.
- Kemampuan mengklasifikasikan: kemampuan anak untuk mengorganisasikan benda-benda, orang, dan kejadian ke dalam kategori yang bermakna.
- Empati: Kemampuan anak utuk mulai lebih bisa membayangkan apa yang dirasakan oleh orang lain.
- Teori tentang pikiran : kemampuan anak untuk menyadari aktivitas mental dan fungsi dari pikiran.
Aspek-aspek
ketidakmatangan pemikiran Praoperasional
- Centration
Anak hanya berfokus pada satu aspek
dari situasi dan mengabaikan aspek-aspek lainnya. Ketidakmampuan untuk decenter (berfikir mengenai berbagai
aspek dari sebuah situasi pada saat yang bersamaan).
- Irreversabilitas
Kegagalan anak
dalam memahami bahwa sebuah operasi dapat berlangsung dua arah atau
lebih.
- Fokus pada
keadaan daripada transformasi
Anak gagal dalam
memahami signifikasi transformasi diantara beberapa keadaan
- Penalaran
transduktif
Anak tidak menggunakan penalaran
deduktif ataupun induktif ; tetapi mereka melompat dari satu pasrtikular lain
melihat sebuah kausal meskipun pada kenyataannya tidak ada.
- Egosentris
Anak mengasumsikan bahwa semua orang
lain befikir, mempersepsi, dan merasa hal yang sama dengan mereka.
- Animisme
Anak mengatribusikan kehidupan pada benda-benda
mati.
- Ketidakmampuan
membedakan tampilan luar dengan realitas.
Anak bingung
mengenai apa yang nyata melalui tampilan luar.
Proses
Mengingat
- Pengodean (encoding)
- Penyimpanan (storage)
- Pengambilan kembali (retrieval)
Pemrosesan informasi
a) Ingatan sensorik (sensory memory)
b) Ingatan kerja (working memory)
Pembentukan
ingatan masa kanak-kanak
- Ingatan generik
- Ingatan episodik
- Ingatan otobiografis
Perkembangan Persepsi
Terkadang anak usia prasekolah dapat
merasakan stimulus penglihatan dan pendengaran seperti orang dewasa, namun di
waktu lain tidak dapat merasakannya. Selama athun-tahun prasekolah, penglihatan
yang menjadi sumber informasi penting mengalami peningkatan.Meski demikian,
anak prasekolah masih belum mampu melihat sebaik penglihatan orang dewasa.
Seiring dengan peningkatan ketajaman visual selama masa anak-anak persepsi visual mereka juga bertambah baik.
Menurut Seifert
dan Hoffnnung (1994) peningkatan
persepsi visual ada dua tahap
a)
Diskriminasi visual (visual
discrimination), yaitu kemampuan untuk membedakan atau melihat perbedaan apa
yang dia lihat. Anak prasekolah dapat membuat diskriminatif sepanjang perbedaan
itu relative dan sederhana.
b)
Integrasi visual (visual
integration), yaitu kemampuan untuk mengkoordinasi beberapa penglihatan dengan
tindakan fisik secara tepat.
Namun, anak prasekolah masih mengalami keterbatasan dalam
pelaksanaan tugas-tugas perkembangan. Ia sukar dalam menyatukan tindakan denagn
penglihatan ketika berhadapan dengan stimulus yang membingungkan. Misalnya,
pada anak usia 4 tahun mungkin dapat melukis dengan baik namun hanya sepanjang
dia tak berbicara. Perkembangan persepsi pendengaran juga sudah berkembang
lebih cepat, apalagi usia dua atau tiga tahun ketajaman pendengaran umumnya
berkembang sangat baik. Artinya, mereka telah dapat mendengar suara-suara kecil
atau lunak seperti halnya orang dewasa. Mereka juga dapat membedakan nada-nada
pembicaraan dengan sangat baik. Akan tetapi, bagi sebagian anak prasekolah
suara-suara ini masih menjadi problem, bahkan ketika mereka mendengar secara
normal sekalian.
Perkembangan Memori
Dibandingkan dengan
bayi, mengukur memori anak jauh lebih mudah karena anak-anak telah dapat
memberikan reaksi secara verbal. Tetapi, tugas anak masih sederhana karena
mungkin anak mengalami kesulitan dalam memahami perintah dari tugas-tugas itu,
dan mereka mungkin tidak mampu mengidentifikasi stimulus tertentu (seperti
huruf alphabet). Berikut ini merupakan komponen penting memori anak usia
prasekolah:
v Memori jangka pendek
Memori jangka pendek ini sering diukur dalam rentang memori (memory span), yaitu jumnlah item yang
dapat diulang kembali dengan tepat sesudah satu penyajian tunggal.
v Memori jangka panjang
Pada umumnya
anak yang masih kecil memiliki kemampuan memori rekognisi, yaitu suatu
kesadaran bahwa suatu objek, seseorang, atau suatu peristiwa itu sudah
dikenalnya, atau pernah dipelajarinya masa lalu namun kurang dalam memori recall (proses pemanggilan ingatan
terhadap sesuatu yang telah dipelajari).
Perkembangan Atensi
Atensi (attention) atau perhatian merupakan
sebuah konsep multidimensional yang digunakan untuk menggambarkan perbedaan
ciri-ciri dan cara-cara merespons dalam sistem kognitif (Parkin, 2000). Atensi
dapat juga merujuk pada penerimaan beberapa pesan pada suatu waktu dan
mengabaikan semua pesan, kecuali pesan tertentu. Atensi pada anak telah
berkembang selama masa bayi. Aspek-aspek atensi yang berkembang selama masa
bayi ini memiliki arti sangat penting selama tahun-tahun prasekolah. Penelitian
telah menunjukkan bahwa hilangnya atensi (habituation)
dan pulihnya atensi (dishabituation)
bila diukur pada 6 bulan pertama masa bayi, berkaitan dengan tingginya
kecerdasan pada tahun-tahun prasekolah.
Meskipun atensi
bayi memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan kognitif selama tahun-tahun
prasekolah, namun kemampuan anak untuk memusatkan perhatian berubah secara
siginifikan selama tahun-tahun prasekolah. Salah satu kekurangan dalam
perhatian selama tahun-tahun prasekolah menyangkut dimensi-dimensi yang lebih
menonjol dibandingkan dengan dimensi-dimensi yang relevan untuk memecahkan
masalah atau mengerjakan suatu tugas dengan baik.
Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa
yang cepat dianggap sebagai hasil perkembangan simbolisasi. Sehingga pada masa ini
anak-anak telah mengalami sejumlah nama-nama dan hubungan antara simbol-simbol.
Ia juga dapat membedakan berbagai benda di sekitarnya serta melihat hubungan
fungsional antara benda-benda tersebut.
Di
samping itu anak juga menguasai penguasaan kosa kata yang meningkat pesat. Anak
mengucapkan kalimat panjang dan makin bagus, menunjukkan panjang pengucapan
rata-rata anak telah mulai menyatakan pendapatnya dengan kalimat majemuk.
Sekali-sekali ia menggunakan kata perangkai, akhirnya timbul anak kalimat.
Untuk mengetahui perkembangan bahasa anak-anak prasekolah ini dapat menggunakan
indeks perkembangan bahasa yang dikembangkan oleh Roger Brown (1973), yang
dikenal dengan Mean Length of Utterance
(MLU), yaitu sebuah indeks perkembangan bahasa didasarkan atas beberapa
junlah kata dalam satu kalimat.
0 comments:
Post a Comment