Thursday 2 January 2014

Teori Psikoanalisis Carl Gustav Jung

A.    Pendahuluan
Latar Belakang Teori
Freud berkata bahwa tujuan terapinya adalah membuat alam sadar dapat disadari. Jelas dia menganggap tujuan pekerjaannya sama dengan tujuan seorang teoritikus. Namun, disisi lain dia membuat alam bawah
sadar menjadi tidak jelas. Alam bawah sadar adalah kamar gelap tempat hasrat terkurung dan meronta-ronta, lubang tanpa dasar tempat keinginan sumbang terkekang, gua bawah tanah tempat persembunyian pengalaman-pengalaman mengerikan yang setiap saat menghantui kita.
Jujur saja, saya sama sekali tidak pernah berfikir mau mengingat dan menyadari semua pengalaman buruk itu kembali.
Teman sejawat Freud yang lebih mudalah, yakni Carl Jung yang mengeksplorasi “ruang batin” ini selama kariernya. Dia memang terpengaruh sekali oleh latar belakang teori Freudian dan berpengetahuan luas di bidang mitologi, agama dan filsafat. Jung terkenal dengan pengetahuannya tentang simbolisme dalam tradisi mistik, seperti Gnostisisme, Alkemi, Kabala dan tradisi-tradisi serupa dalam agama Hindu &Budha. Jika ada orang yang bisa mengetahui sisi alam bawah sadar yang memperlihatkan diri dalam wujud-wujud simbolik, orang itu pastilah Jung.
Jung dengan telaten mencatat mimpi, fantasi dan “penglihatan-penglihatannya”, kemudian ia wujudkan kedalam bentuk gambar, lukisan atau patung. Lama-kelamaan dia mulai menyadari bahwa pengalaman-pengalamannya itu berubah menjadi pribadi-pribadi, dimulai dengan orang tua yang bijak dan sahabatnya sampai menjadi seorang gadis kecil. Beberapa mimpinya berubah menjadi sosok orang tua yang bijaksana, seorang guru spiritual, sedangkan gadis kecil menjadi “anima”, jiwa feminism, yang bertugas sebagai media komunikasi antara dia dengan aspek-aspek alam bawah sadarnya yang lebih dalam.
Mimpi yang paling sering dialami Jung adalah mimpi tentang kematian, alam baka dan kebangkitan dari kubur. Jelas mimpi-mimpi ini merepresentasikan alam bawah sadar (bukan hanya alam bawah sadar “pribadi”, orang per orang, sebagaimana yang diyakini Freud, tapi juga alam bawah sadar kolektif, alam bawah sadar yang oleh seluruh roh orang yang telah mati, bukan hanya roh kita pribadi.

B.     Pembahasan
Latar Belakang Tokoh
Carl Gustav Jung lahir pada tanggal 26 Juli 1875 disebuah desa kecil di Swiss yang bernama Kessewil. Ayahnya bernama Paul Jung, seorang pendeta desa dan ibunya bernama Emilie Preiswerk Jung. Dia lahir ditengah keluarga besar yang cukup berpendidikan. Diantara anggota keluarga besar Jung senior ada yang jadi pendeta dan punya pikiran yang eksentrik. Jung senior mulai mengajari Jung bahasa latin ketika dia berumur 6 tahun, dan inilah yang menjadi awal minatnya pada bahasa dan sastra (khususnya sastra kuno). Disamping bahasa-bahasa eropa barat modern, Jung dapat membaca beberapa bahasa kuno, termasuk Sansekerta bahasa asli kitab suci umat Hindu.
Semasa remaja, Jung adalah seorang yang penyendiri, tertutup dan sedikit tidak perduli dengan masalah sekolah, apalagi dia tidak punya semangat bersaing. Dia kemudian dimasukkan ke sekolah asrama di Basel, Swiss. Disini dia merasa tertekan karena dicemburui oleh teman-temannya. Lalu dia mulai sering bolos dan pulang kerumahnya dengan alasan sakit, mulai belajar hidup dalam perasaan tertekan. Walaupun awalnya bidang yang dia pilih adalah arkeologi, namun dia masuk ke fakultas kedokteran di University of Basel. Karena bekerja bersama neurology terkenal, Kraft-Ebing, dia kemudian menetapkan psikiatri sebagai karier pilihannya.
Setelah lulus, dia bekerja di Burghoeltzli Mental Hospital di Zurich di bawah bimbingan Eugene Bleuler, seorang pakar dan penemu nama Skizofrenia. Tahun 1903, dia menikahi Emma Rauschenbach. Dia juga mengajar di University of Zurich, membuka praktik psikiatri dan menemukan beberapa istilah yang masih tetap dipakai sampai sekarang. Setelah sekian lama mengagumi Freud, baru pada tahun1907 dia dapat bertemu langsung dengannya. Dampak pertemuan ini sangat luar biasa bagi kedua pemikir ini. Freud akhirnya menyadari bahwa Jung lah “putra mahkota” psikoanalisis dan pewaris tahtanya. Tapi Jung tidak sepenuhnya berpegang pada teori Freud. Hubungan mereka merenggang pada tahun 1909, sewaktu keduanya pergi ke Amerika. Dalam sebuah pertemuan, keduanya berdebat panjang tetang mimpi masing-masing, dan Freud mulai membantah analisis jung dengan cara yang tidak cantik. Akhirnya dia menyerah dan mengusulkan agar perdebatan mereka dihentikan, kalau dia tidak ingin otoritasnya hancur. Jung sangat kecewa dengan kejadia ini.
Perang dunia pertama adalah masa-masa menyakitkan bagi jung. Tapi masa ini juga menjadi batu loncatan baginya untuk melahirkan teori-teori kepribadian yang tiada duanya di dunia. Setelah perang berakhir, Jung melakukan perjalanan ke berbagai Negara, misalnya ke suku-suku primitive di Afrika, Amerika dan India. Dia pension tahun 1946 dan mulai menarik diri dari kehidupan umum setelah istrinya meninggal tahun 1955. Carl Gustav Jung meninggal pada tanggal 6 Juni 1961 di Zurich.

 Teori-Teori Oleh Carl gustav jung
Dalam teorinya, Jung membagi psyche (jiwa) jadi tiga bagian. Bagian pertama adalah ego yang diidentifikasinya sebagai alam sadar. Bagian kedua yang terkait erat dengan yang pertama adalah alam bawah sadar personal, dan yang ketiga adalah alam bawah sadar kolektif.
1.    Ego (alam sadar)
Kesadaran mempunyai dua komponen pokok, yaitu fungsi jiwa dan sikap jiwa, yang masing-masing mempunyai peranan penting dalam orientasi manusia dalam dunianya.
v Fungsi Jiwa
Apa yang dimaksud fungsi jiwa oleh Jung adalah suatu bentuk aktivitas kejiwaan yang secara teori tiada berubah dalam lingkungan yang berbeda-beda. Jung membedakan empat fungsi pokok, yang dua rasional yaitu pikiran dan perasaan, sedang yang dua lagi irrasional yaitu pendirian dan intuisi. Dalam berfungsinya fungsi-fungsi rasional bekerja dengan penilaian. Pikiran menilai atas dasar benar dan salah, sedang perasaan menilai atas dasar menyenangkan atau tak menyenangkan. Kedua fungsi yang irrasional dalam berfungsinya tidak memberikan penilaian, melainkan hanya semata-mata mendapat pengamatan. Pengindraan mendapatkan pengamatan dengan sadar-indriah, sedang intuisi mendapatkan pengamatan secara taksadar-naluriah.
v Sikap jiwa
Yang dimaksud sikap jiwa adalah arah dari pada energy psikis umum atau libido yang menjelma dalam bentuk orientasi manusia terhadap dunianya. Arah aktivitas energy psikis itu dapat ke luar ataupun ke dalam, dan demikian pula arah orientasi manusia terhadap dunianya, dapat keluar ataupun ke dalam. Tiap orang mengadakan orientasi terhadap dunia sekitarnya, namun dalam caranya mengadakan orientasi itu orang yang satu berbeda dari yang lainnya.
2. Alam Bawah Sadar Personal (ketidaksadaran Personal)
Alam bawah sadar personal mencakup segala sesuatu yang tidak di sadari secara langsung, tapi bisa diusahakan untuk disadari. Alam bawah sadar personal adalah alam bawah sadar yang mencakup kenangan-kenangan yang dapat dibawa ke alam sadar dengan mudah serta kenangn-kenangan yang ditekan karena alasan-alasan tertentu. Tapi alam bawah sadar personal ini tidak mencakup insting-insting sebagaimana yang dipahami Freud.
3.  Alam Bawah Sadar Kolektif (ketidaksadaran kolektif)
Alam bawah sadar kolektif bisa juga disebut dengan “warisan psikis”. Ketidaksadaran kolektif adalah tumpukan pengalaman kita sebagai spesies, semacam pengetahuan bersama yang kita miliki sejak lahir. Akan tetapi, pengalaman ini tidak bisa kita sadari secara langsung. Ia memengaruhi segenap pengalaman dan prilaku kita, khususnya yang berbentuk perasaan, tapi hanya dapat diketahui secara tidak langsung melalui pengaruh-pengaruh yang ia timbulkan. Ketidaksadaran adalah tidak disadari, lalu bagaimana orang dapat mengenalnya atau mengetahuinya. Pengetahuan mengenai ketidaksadaran itu diperolaeh secara tidak langsung, yaitu melalui manifestasi daripada isi-isi ketidaksadaran itu. Manifestasi ketidaksadaran itu dapat berbentuk Arketipe dsb.
a.      Arketipe (pola dasar)
Isi alam bawah sadar kolektif disebut arketipe. Jung juga menyebutkan dengan dominan, imago, bayangan-bayangan mitologis atau primordial dan sebagainya, namun tampaknya yang paling terkenal dan paling tepat adalah arketipe. Arketipe adalah kecenderungan yang tidak dapat dipelajari untuk mengalami hal-hal tertentu melalui jalan-jalan tertentu. Arketipe tidak memiliki wujud pada dirinya sendiri, tapi dia bereaksi sebagai “prinsip penentu” pada apa-apa yang kita lihat atau lakukan. Cara kerjanya sama dengan cara kerja insting dalam teori Freud. Pertama-tama, seorang bayi hanya ingin makan, tanpa mengetahui apa yang akan dimakan.
b.   Arketipe Ibu (The Mother Archetype)
Arketipe ibu adalah salah satu contoh paling baik. Kita semua berada dalam lingkungan masyarakat yang melibatkan ibu. Petama kita lahir ke dunia ini sudah membutuhkan ibu, mencarinya, mengingatnya, dan berhubungan dengannya.
Arketipe ibu adalah kemampuan kita yang sudah dari sono-nya untuk mengingat hubungan-hubungan tertentu, yaitu segenap hal yang berkaitan dengan “ke-ibu-an”. jung menganggap gambaran seperti di atas masih sangat abstrak dan kita ingin meproyeksikan arketipe itu ke dunia dan kepada sosok yang jelas, yang biasanya pada ibu kita sediri. Bahkan ketika kita memang tidak memiliki sosok yang jelas untuk “mengkonkretkan” arketipe ibu ini, kata akan berusaha mempersonifikasikan arketipe itu pada tokoh-tokoh mitologis dalam dongeng. Tokoh inilah yang menjadi symbol dari arketipe tersebut.
c.    Mana
Anda harus paham bahwa arketipe-arketipe yang dimaksud Jung di sini sama sekali tidak bersigat biologis seperti insting dalam teori Freud. Arketipe adalah tuntutan-tuntutan yang bersifat spiritual. Contohnya, kalau anda bermimpi tentang sebuah benda yang panjang, Freud akan menafsirkan benda itu sebagai phallus (penis) atau keinginan untuk berseggama. Tapi Jung punya tafsiran yang sangat berbeda. Menurut dia, bermimpi tentang penis sekalipun belum tentu menandakan adanya kebutuhan seksual yang tak terpenuhi.
d.   Bayangan-bayangan
Arketipe ini adalah sisi gelap ego dan tempat bercokolnya sisi jahat manusia. Pada dasarnya, bayangan bersifat amoral (tidak baik, tidak buruk, persis seperti binatang). Seekor binatang berperilaku jahat bukan berarti itu keinginan mereka namun karena alam memang menuntutnya begitu. Ketika hal ini kita lihat dari sudut pandang manusia, dunia binatang akan terlihat kejam, tidak manusiawi dan dengan begitu bayangan pun dianggap sebagai sampah yang jadi bagian diri kita, namun tidak bisa kita singkirkan.
e.    Imago
Jung mengatakan isi kejiwaan yang diproyeksikan kepada orang lain itu disebut imago. Proyeksi disini diartikan “dengan secara tidak sadar menempatkan isi-isi batin sendiri pada obyek-obyek diluar dirinya”.
f.     Persona
Cara individu dengan sadar menampakkan diri diri keluar (ke dunia sekitar) oleh Jung disebut Persona. Jung sendiri memberikan batasan persona sebagai “kompleks fungsi-fungsi yang terbentuk atau dasar pertimbangan-pertimbangan penyesuaian atau usaha mencari penyelesaian, tetapi tidak sama dengan individualitas. Walaupun persona awalnya adalah arketipe, namun seiring perjalanan waktu kita akan menyadarinya, dan dia pun adalah bagian dari diri kita yang paling jauh letaknya dari ketidak sadaran kolektif. Ketika suasana mendukung, persona adalah “kesan baik” yang ingin kita perlihatkan ketika masyarakat menuntut peran kita. Namun ada kalanya, justru “kesan buruk” yang kita tampilkan untuk mengecoh pendapat dan prilaku orang lain. Akan tetapi, kejadian yang paling buruk adalah ketika kita sendiri ikut terkecoh dengan persona yang kita tampilkan. Kadang-kadang kita meyakini diri kita seperti apa yang kita bayangkan, padahal sesungguhnya tidak.

g.    Anima & Animus
Anima adalah sisi kewanitaan yang hadir dalam ketidaksadaran kolektif pria, sementara animus adalah sisi kepriaan yang hadir dalam ketidaksadaran wanita. Anima & animus disebut syzygy. Tiap-tiap manusia bersifat “bi-seksual”, jadi tiap-tiap manusia mempunyai sifat-sifat yang terdapat pada jenis kelamin lawannya. Orang laki-laki ketidak sadarannya adalah betina (animus), dan orang perempuan ketidaksadarannya adalah jantan (anima). Anima atau animus itu ada dalam hubungan yang langsung dengan persona. Persona menyesuaikan diri ke luar sedang anima atau animus menyesuaikan diri ke dalam. Jadi persona adalah fungsi perantara antara aku dan dunia luar, sedang anima atau animus adalah fungsi perantara antara aku dan dunia dalam.

4. Dinamika Psikhe (Psyche)
Aspek-aspek psikhe terlalu banyak untuk di bahas di sini satu persatu. Sekarang akan dbicarakan salah satu aspeknya yang terpenting, yakni prinsip-prinsip kerjanya. Jung mengatakan bahwa ada tiga prinsip kerja psikhe, yang pertama adalah Prinsip Oposisi, prinsip kesamaan & prinsip entropi.
1)   Prinsip oposisi : oposisi lebih mirib dua kutub baterai atau dua belahan atom yang saling berlawanan. Adanya pikiran-pikiran yang berlawanan dengan apa yang akan kita lakukan itu lah yang disebut prinsip oposisi. Semisal kita ingin menolong anak burung yang terluka namun ada pikiran di dalam pikiran kita apakah kita akan bisa menolong anak burung itu atau malah akan membuat anak burung itu mati. Pertentangan inilah yang menimbulkan energy, semakin kuat pertentangan terjadi, semakin besar energy yang dihasilkan.
2)   Prinsip Kesamaan :  energy yang muncul dari oposisi ini “diberikan” sama banyak kepada dua sisi yang berlawanan tersebut. Seperti contoh diatas, kalau kita memutuskan untuk memegang dan menolong anak burung tadi dengan tangan kita, kita memiliki energy yang cukup untuk melaksanakan niat tersebut. Tapi energy yang akan menghalangi saya untuk menolongnya juga sama besarnya dengan energy yang menyuruh saya. Di dalam prinsip ini ada yang namanya kompleks. kompleks adalah bentuk-bentuk pikiran dan perasaan yang ditekan dan kemudian berkumpul di seputar tema dari salah satu arketipe yang ada. Jadi semacam penyangkalan terhadap pikiran kita. Semisal apa yang telah kita lakukan adalah salah, namun kita tetap mengatakan bahwa kita baik-baik saja dan tidak melakukan perbuatan yang salah.
3)   Prinsip Entropi : adalah kecenderungan oposisi untuk hadir secara bersamaan, sedangkan energy yang ditimbulkannya malah lenyap. Jung meminjamkan ide ini dari fisika, di mana entropi berarti kecenderungan seluruh system fisikal yang “melemah”. Artinya, setiap energy mengalir kemana-mana tanpa terkendali.  Misalnya para remaja yang dengan sangat cepat dapat merubah kepribadiannya dari yang awalnya urakan menjadi religious dan sebagainya. Dengan bertambahnya usia, kita pun mulai merasa nyaman dengan berbagai perbedaan dalam diri kita. kita tidak lagi bersikap idealistic naif dan menyadari bahwa di dalam diri kita berbaur sifat baik dan buruk sekaligus. Proses keluar dari oposisi ini, proses keluar untuk melihat dua sisi yang ada dalam diri kita disebut transendensi.

5.  Introversi & Ekstroversi
Jung mengembangkan sebuah tipologi kepribadian yang kemudian sangat popular, sehingga kadang orang lupa bahwa dia lah yang menemukan tipologi ini. Tipologi dimulai dengan pembagian antara introvesi & ekstroversi. Introvert adalah orang yang lebih mementingkan dunia internal pikiran, perasaan, fantasi, dan mimpi mereka, sementara orang yang ekstrovert lebih mementingkan dunia eksternal yang terdiri dari segala benda, orang lain dan aktivitas-aktivitas luar.
Orang yang introvert biasanya penyesuaiannya dengan dunia luar kurang baik, jiwanya tertutup, sukar bergaul, sukar berhubungan dengan orang lain, kurang dapat menarik hati orang lain. Penyesuaian dengan batinnya sendiri baik. Bahaya tipe introvert adalah kalau jarak dengan dunia obyektif terlalu jauh, sehingga orang lepas dari dunia obyektifnya. Sedangkan orang yang ekstrovert biasanya dia bersikap positif terhadap masyarakat, hatinya terbuka, mudah bergaul, hubungan dengan orang lain lancar. Bahaya bagi tipe ekstrovert ini ialah apabila ikatan terhadap dunia luar itu terlampau kuat, sehingga dia tenggelam di dalam dnia obyektif, kehilangan dirinya atau asing terhadap dunia subyektifnya sendiri.

6.  Perkembangan Psyche atau Kepribadian
Jung tidak berbicara mengenai perkembangan dalam cara seperti yang dilakukan oleh kebanyakan ahli-ahli lainnya. Dia berbicara tentang perkembangan umat dan manusia, orang-orang menuju ke taraf yang lebih sempurna. Apakah tujuan perkembangan itu? Apakah tujuan yang dikejar oleh manusia atau seluruh umat manusia. Tujuan itu dapat disimpulkan sebagai aktualisasi-diri (self-actualization). Aktualisasi-diri berarti difenrensiasi sempurna dan saling hubungan yang selaras seluruh aspek kepribadian manusia.
1.    Jung mengjangkau ke belakang dan ke depan
Jung berpendapat bahwa dalam teori kepribadian, dua pandangan dari dua tokoh (Freud : masa lampau & Adler : Teologis) harus diambil. Masa lampau dan teologi kedua-duanya penting dalam psikologi. Masa kini tidak hanya ditentukan oleh masa lampau (kaulitas, tidak pula hanya ditentukan oleh masa datang (teologi), tetapi oleh dua-duanya.
2.    Jalan perkembangan : Progresi dan Regresi
Di dalam proses perkembangan dapat terjadi gerak maju (progresi) atau gerak mundur (regresi). Yang dimaksud dengan progresi oleh Jung adalah bahwa aku sadar dapat menyesuaikan diri secara memuaskan baik terhadap tuntutan-tuntutan dunia luar maupun kebutuhan-kebutuhan ketidaksadaran. Sedangkan regresi adalah gerak mundur atau kembali lagi ke fase yang telah di lewati untuk menemukan jalan dalam menghadapi sebuah rintangan yang di temui. Dengan melakukan gerak mundur, sang aku mungkin menemukan pengetahuan di dalam ketidak sadaran untuk mengatasi masalah yang dihadapinya.
3.    Pemindahan Energi Psikis : Sublimasi & Represi.
Energy psikis itu dapat di pindahkan, artinya dapat di transfer dari satu aspek atau system ke lain aspek atau system, dan transfer ini berlangsung atas dasar prinsip-prinsip pokok dinamika, yaitu Kesamaan dan Entropi. Transfer yang progresif disebut sublimasi yaitu transfer dari proses-proses yang lebih primitive, instinktif dan rendah diferensinya ke proses-proses yang lebih bersifat cultural, spiritual dan tinggi diferesinya. Apabila penggunaan energy baik secara instinktif maupun secara lain itu dibendung, maka terjadilah represi (penekanan), energy psikis dengan paksa dimasukkan ke dalam ketidaksadaran.  Jadi dalam pandangan Jung sublimasi dan represi adalah dua hal yang berlawanan, sublimasi itu progresif, menyebabkan psyche bergerak maju, menambah rasionalitas. Sedang represi itu adalah regresif, menyebabkan psyche bergerak mundur dan menghasilkan irrasionalitas. Namun bagi Jung represi itu tetap mempunyai nilai positif.
4.    “Jalan Kesempurnaan” : Proses Individuasi
Untuk mencapai kepribadian yang integral serta sehat, maka tiap system atau aspek kepribadian harus mencapai tahap diferensiasi dan perkembangan yang sepenuh-penuhnya. Proses ini dapat pula disebut proses pembentukan diri atau penemuan diri disebut Jung Proses Individuasi. Proses individuasi itu ditandai oleh bermacam-macam perjuangan batin dan melalui bermacam-macam fase, yaitu :
ü Fase pertama : membuat sadar fungsi-fungsi pokok serta sikap jiwa yang ada dalam ketidaksadaran. Dengan cara ini tegangan dalam batin berkurang dan kemampuan untuk mengadakan orientasi serta penyesuaian diri meningkat.
ü Fase kedua : membuat sadar imago-imago. Dengan menyadari ini orang akan mampu melihat kelemahan-kelemahannya sendiri yang diproyeksikan.
ü Fase ketiga : menginsyafi bahwa manusia hidup dalam tegangan pasangan-pasangan yang berlawanan, baik rohaniah maupun jasmaniah, dan bahwa manusia harus tabah mengahadapi hal ini serta dapat mengatasinya.
ü Fase yang ke empat atau yang terakhir : adanya hubungan yang selaras antara kesadaran dan ketidaksadaran yang ditmbulkan oleh kritik konsentrasi umum, yaitu diri. Diri menjadi pusat kepribadian, dan menerangi, menghubungkan serta mengkoordinasikan seluruh aspek kepribadian. Inilah manusia integral atau manusia sempurna.



Kelemahan & Kelebihan Teori Carl gustav jung
Kelemahannya : sebagian besar teori Jung memang sulit untuk dimengerti termasuk para ilmuan dan sebagian besar psikolog. Bukan hanya karena dia sepenuhnya mendukung pandangan teleogis tapi juga mempostulatkan alam bawah sadar (ketidaksadaran) yang nyata-nyata tidak bisa di telaah secara empiris, dia bahkan mempostulatkan ketidaksadaran kolektif yang tidak akan pernah disadari, apalagi bisa dikenali secara empiris.
Kelebihannya : Jung mengeluarkan ide tentang arketipe yang mungkin agak terdengar ganjil. Akan tetapi, ide ini sangat membantu ketika menjelaskan mitos, dongeng, sastra kuno, symbol-simbol artistic dan religious. Arketipe-arketipe itu nampaknya mampu menangkap “unit-unit” paling dasar dari ekspresi diri kita. Jung juga mengeluarkan ide tentang introvert dan ekstrovert yang dapat membantu kita untuk lebih memahami apakah kepribadian kita itu introvert atau ekstrovert.

Kesimpulan
1.    Teori Jung berakar dari teori psikoanalisis Freud. Bahkan Freud sendiri mengatakan bahwa Jung lah bapak psikoanalisis yang akan mewarisi tahta Freud.
2.    Dalam teorinya Jung membagi psyche (jiwa) menjadi tiga bagian yaitu, ego (alam sadar), ketidaksadaran personal & ketidaksadaran kolektif. Di dalam ego terdapat dua komponen pokok yaitu fungsi jiwa & sikap jiwa. Lalu ketidak sadaran kolektif yang didalamnya terdapat arketipe. Di dalam arketipe ada beberapa isinya seperti arketipe ibu, mana, baying-bayang, persona, imago, dll.
3.    Jung juga dalam teorinya beberapa menggunakan bahasa-bahasa sansekerta atau istilah-istilah yang ada dalam agama Hindu seperti mana dbs.

4.    Jung juga mengembangkan sebuah tipologi kepribadian yang sangat popular yaitu, introvert dan ekstrovert. Introvert adalah kepribadian seseorang yang cenderung tertutup, sedangkan ekstrovet adalah yang sebaliknya.

Artikel Terkait:

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design Downloaded from Free Blogger Templates | free website templates | Free Vector Graphics | Web Design Resources.