Dasar Pemikiran Tes Rorschach
Asumsi
dasar yang digunakan dalam tes Rorschach adalah ada hubungan antara persepsi
seseorang dengan kepribadiannya. Jika seseorang melihat suatu benda yang tidak
pasti atau tidak tentu
bentuknya, maka dia akan cenderung memberikan interpretasi berdasarkan apa yang ada dalam dirinya. Lewat persepsinya itu dia akan memproyeksikan kebutuhan-kebutuhannya, pengalaman-pengalamannya maupun pola-pola respon yang menjadi kebiasaannya, yang sering tidak disadari. Bercak tinta yang banyak arti (ambiguous) dan tidak berstruktur (unstructured) bentuknya memberikan banyak peluang bagi subyek untuk mempersepsikanya secara personal. Respon yang diberikan bersifat spontan atau tidak disadari terlebih dulu. Apalagi dengan kondisi yang bebas, tanpa dinilai benar atau salah, baik atau buruk. Cara seseorang mengorganisir atau menyusun bercak itu akan menggambarkan bagaimana fungsi aspek-aspek psikologisnya yang fundamental. Klopfer (1962) memberikan contoh bahwa apabila seseorang dalam kehidupan sehari-hari menolak mengadakan kontak dengan orang lain, maka kemungkinan dia tidak akan melihat gambar manusia pada bercak-bercak tes Rorschach. Jawabannya akan lebih banyak tentang mesin-mesin, gambar-gambar botani, gunung yang tinggi dengan awan-awannya. Demikian juga orang yang dalam kehidupan sehari-harinya tidak mau terlibat dalam suatu persoalan dan lebih suka menjadi penonton saja, maka dia akan memberikan perhatian pada bagian-bagian pinggir dari bercak tinta itu.
bentuknya, maka dia akan cenderung memberikan interpretasi berdasarkan apa yang ada dalam dirinya. Lewat persepsinya itu dia akan memproyeksikan kebutuhan-kebutuhannya, pengalaman-pengalamannya maupun pola-pola respon yang menjadi kebiasaannya, yang sering tidak disadari. Bercak tinta yang banyak arti (ambiguous) dan tidak berstruktur (unstructured) bentuknya memberikan banyak peluang bagi subyek untuk mempersepsikanya secara personal. Respon yang diberikan bersifat spontan atau tidak disadari terlebih dulu. Apalagi dengan kondisi yang bebas, tanpa dinilai benar atau salah, baik atau buruk. Cara seseorang mengorganisir atau menyusun bercak itu akan menggambarkan bagaimana fungsi aspek-aspek psikologisnya yang fundamental. Klopfer (1962) memberikan contoh bahwa apabila seseorang dalam kehidupan sehari-hari menolak mengadakan kontak dengan orang lain, maka kemungkinan dia tidak akan melihat gambar manusia pada bercak-bercak tes Rorschach. Jawabannya akan lebih banyak tentang mesin-mesin, gambar-gambar botani, gunung yang tinggi dengan awan-awannya. Demikian juga orang yang dalam kehidupan sehari-harinya tidak mau terlibat dalam suatu persoalan dan lebih suka menjadi penonton saja, maka dia akan memberikan perhatian pada bagian-bagian pinggir dari bercak tinta itu.
Tujuan utama dalam teknik Rorschach bukanlah
memberikan presiksi prilaku seseorang secara atomistic (bagian demi bagian),
melainkan memberikan suatu deskripsi tentang kepribadian seseorang secara
keseluruhan (gestalt) yang mempunyai
arti klinis.
Hasil
tes Rorschach juga dapat melengkapi hasil dari tes obyektif, misalnya tes
intelegensi. Karena tes Rorschach juga dapat memprediksi taraf dan fungsi
intelegensi seseorang, maka hasil dari tes obyektif akan dapat menjadi
referensi yang perlu di perhatikan. Menurut Klopfer (1962) aspek-aspek
kepribadian yang diungkap tes Rorschach dapat dibagi dalam tiga aspek pokok,
yaitu : (1) aspek kognitif atau intelektual, (2) aspek afektif atau emosional,
dan (3) aspek fungsi ego.
Disamping
banyak ahli yang mendukung dan mengmbangkan teknik atau tes Rorschach karena
dinilai tes ini mampu mengungkap dinamika kepribadian yang mendasar, dalam
perkembangan selanjutnya tak kurang pula ahli-ahli yang memberikan
kritik-kritik tajam. Sering dikatakan bahwa tes Rorschach adalah tes yang tidak
efektif dan efisien. Administrasinya memakan waktu yang cukup lama dan
membutuhkan kemampuan khusus untuk dapat menyajikan tes dengan baik. Skoringnya
sangat kompleks dan unsur subyektifitasnya cukup besar, sehingga sangat sulit
untuk dapat betul-betul menjadi ahli dalam tes Rorschach, terutama menjadi
interpreter yang mumpuni.
Di
pihak subyek (testi), suasana yang bebas kadang justru menimbulkan kesulitan,
terutama bagi mereka yang terbiasa mendapatkan petunjuk-petunjuk dalam
melakukan suatu tugas. Lebih jauh lagi, beberapa asumsi dasar dari Rorschach
mulai banyak dipertanyakan. Misalnya hubungan antara penggunaan warna dengan
kehidupan emosi. Validitas tes Rorschach juga masih sering dipertanyakan. Dalam
hal ini Kopfler (1962) memberikan komentar bahwa penggunaan tes Rorschach yang
sudha meluas telah berhasil menghasilkan suatu validitas klinis, yang mungkin
tidak sejalan dengan validitas secara statistic. Oleh karena itu validitas
dalam tes Rorschach mungkin agak berbeda dengan validitas dalam pengertian yang
umum. Bahkan mungkin dibutuhkan suatu bentuk teknik validitas yang baru.
0 comments:
Post a Comment